Tentang

Tentang

 Selamat datang di blog kami. Blog ini berisi tentang tulisan sederhana yang menceritakan tentang perjalanan ketika menginjakkan kaki ke beberapa tempat. Penceritaan tempat tidak hanya dari segi keindahan tetapi juga sejarah yang melekat pada tempat tersebut. Di dalamnya juga tertulis catatan tentang kuliner.

Mengambil tagline njajah desa milang Kori. Tagline ini merupakan pribahasa bahasa Jawa yang artinya, njajah desa ( menjelajahi desa), milang Kori ( menghitung pintu). Bepergian jauh menjelajahi desa, untuk mendapat pengalaman hidup dan juga memahami watak dan perilaku penduduk setempat.


Moga Blog ini bermanfaat dan selamat membaca.

HUTAN PINUS PUTHUK PANGGANG WELUT PACET

HUTAN PINUS PUTHUK PANGGANG WELUT PACET



Kenapa jauh-jauh ke Jogja kalau dekat rumah juga ada. Di Pacet ada loh hutan Pinus yang Instragramable, dan ini wajib kamu masukkan sebagai tujuan destinasimu selanjutnya.

Awalnya cuma penasaran dengan sebuah plakat sederhana bertuliskan air terjun Curah Watu. Maka hari itu ketika ada kesempatan kami pun cus ke sana, tentu saja dengan petualangan yang bergairah eh...

Setelah sempat keblabasan, dengan petunjuk dari ibu warung, tibalah kami di desa Nogosari kec. Pacet kabupaten Mojokerto. Kalau kalian tahu pondok pesantren Amanatul Ummah yang diasuh oleh Kyai Asep, nah Puthuk Panggang Welut tidak jauh dari sana.

Awalnya ragu ketika hendak membelokkan motor ke tempat itu, tetapi ketika melihat  terparkir banyak motor berjajar rapi. Kami pun memarkir motor, dengan hanya membayar 21 ribu rupiah kami bisa melenggang masuk. 5ribu untuk parkir motor, 16 ribu untuk bayar tiket masuk berdua. Jadi perorang hanya 8k rupiah. Murah meriahh... Sangat. Dari parkiran kita sudah bisa melihat indahnya pohon pinus.

Di depan gerbang tidak ada penjaga pemeriksa karcis seperti tempat wisata pada umumnya. Eits sebelum masuk baca map dulu ya, untuk mengetahui tujuan wisata yang akan kita jelajah.


Masuk ke area wisata ditandai dengan lingkaran yang terbuat dari kayu warna warni yang dibentuk seperti topi suku apache, karena itu pintu gerbang ini disebut gerbang Apache. Masuk ke dalamnya kita akan disuguhi dengan pemandangan hutan Pinus, dan payung warna warni yang dipasang di atas kita. Fungsi payung bukan untuk membuat kita teduh tetapi untuk hiasan, kita akan berjalan di jalan setapak  di mana di sebelah kiri lereng dengan pohon-pohon pinus menjulang tinggi, sedangkan sebelah kanan tentu saja jurang, jadi wajib hati-hati dan waspada. 



Berjalan sekitar 50 meter kita akan melihat batu warna-warni yang diletakkan mengikuti ketinggian bukit, ada spot untuk foto, ada tempat duduk dari bambu. Untuk menuju puncak tempat ini, tanah sudah dibuat berundak dengan dibatasi bambu. Tempat inilah yang disebut spot Tunggak Ketemu Jodoh, haa... Ada-ada aja.


Di depan tempat ini jalan sudah mulai di paving, dan tahukah kalian teman, tempat ini minim pegawai, jadi untuk bisa masuk ke spot Tunggak Ketemu Jodoh ini, cukup memasukkan uang sesuai dengan harga yang ada di kotak yang bertuliskan kotak kejujuran, dan itu berlaku di beberapa spot yang memang harus bayar tambahan, seperti toilet dan tempat bermain anak.


Berjalan menanjak beberapa meter dari spot Tunggak Ketemu Jodoh, kita beralih ke Ask Forest. Di tempat inilah banyak terdapat spot yang instragamable. Di sini kita akan disuguhi dengan pemandangan hijau, tebing sekaligus jurang, juga pohon-pohon Pinus berjajar, dan spot yang mengundang kita untuk berfoto di setiap jengkalnya. Di pohon pinus terdapat kutipan-kutipan yang ditulis papan dengan berbagai bentuk. Kutipan-kutipan itu kadang berupa sindiran dan menggelitik, misalkan, kapan kamu nikah, kapan kamu putus, kapan ketemu jodoh, di larang lari dari kenyataan dll.  



Terdapat gazebo-gazebo yang bisa kita gunakan untuk duduk-duduk bersama jika kita datang berombongan atau bersama keluarga. Ada juga tempat duduk yang terbuat dari roda mobil yang dibenamkan sedikit ke tanah hingga bisa berdiri dengan meja payung yang membuat kita nyaman, mau makan, bisa banget karena di situ juga berjajar warung-warung kecil murah meriah khas pegunungan, seperti jagung bakar, bakso dll. Di sini juga terdapat taman cinta. Di taman ini ada dua bingkai hati bisa digunakan untuk berfoto dan juga tempat duduk memanjang terbuat dari kayu pinus beratapkan jerami yang dilangit-langitnya terdapat payung berwarna-warni. Ingin sensasi lain, duduk atau sambil berbaring di hammock yang sudah terpasang dengan kedua ujungnya dikaitkan ke hutan pinus. Duh kalau kayak gini, jadi seperti di becici atau hutan Pinus Mangunan Jogjakarta.



Dari tempat ini saatnya kita turun ke bawah, yup tujuan utama kita ke air terjun. Ada dua air terjun yang bisa kita kunjungi di sana. Air terjun Watu Gedeg dengan ketinggian kurang lebih 30 m, dan air terjun Curuk Watu setinggi 10 m. Tapi sayang ketika saya ke sana air terjunnya tidak keluar, mungkin karena musim kemarau. Jadi air terjun ini sepertinya memang musiman. Bagi saya tempat ini recommended banget. Nah tunggu apalagi, yuk berbondong-bondong ke sana heee…..








SNORKELING KE GILI KETAPANG … OHH  INDAHNYA

SNORKELING KE GILI KETAPANG … OHH INDAHNYA


             
       Ke Gili Ketapang?? Uda pernahlah , bahkan sampai 2 kali. Yang pertama, gara-gara penasaran sama yag namanya pulau itu, aku bela-belakan safari ke Probolinggo dan Situbondo selama 3 hari, dengan tujuan terakhir ke Pulau Gili Ketapang. Sampai ke sana sekitar jam 15.30. kala itu aku tidak banyak tahu tentang pulau ini, sampai di sana aku ditemani teman setiaku Nurul turun di dermaga. Tetapi apa yang terjadi saudara, di sana dipenuhi dengan orang etnis Madura. Bisa jadi mereka heran melihat kami, dengan menenteng kamera, dan baju yang beda. Aku dan Nurul mendadak baper. Menurutku pandangan mereka tak suka kan kedatangan kami. Kami hanya berjalan beberapa meter saja dan kami memutuskan kembali. Ketika naik kapal, di tengah lautan hujan sangat deras, dan penghuni kapal menjadi dramatis, antara sedih, panik dan kuatir. Akankah kapal ini tenggelam dan riwayat kami tamat, atau selamat. Do’a tentu saja kami rapalkan dengan segenap jiwa sembari mengikuti intruksi sang nahkoda. Ketika angin ke kanan, kita coba ke kiri dan begitulah seterusnya. Alhamdulillah kami mendarat di pelabuhan tanjung tembaga dengan selamat.
          
           Karena masih penasaran, aku ke sana lagi. Kali ini ditemani mbak Devim. Arek Probolinggo asli. Kami pergi ke sana pagi dengan ditemani muridnya mbak Devim. Kali ini keadaan lebih kondusif. Muridnya mbak Devim pandai berbahasa Madura, jadi kami serasa aman. Di waktu itulah saya lebih banyak mengksplore tempat ini. Tempat ini meski banyak padat penduduk tetapi kami masih bisa menikmati pepohonan yang tumbuh di atas karang. Pantai dengan angin yang sejuk. Dan bagiku Gili ini istimewa, karena kadang kami bertemu dengan Gili yang panas seperti padang pasir tandus, di sisi lain kami menemukan Gili yang sejuk dengan pepohonan hijau. foto -foto bisa klik di sini https://www.facebook.com/wiwik.hafidzoh/media_set?set=a.10200306282119186&type=3

          Nah ini kali ketiga aku pergi ke sana, lantaran ada beberapa teman yang mengunggah foto GIli Ketapang dengan sesuatu yang beda. Ada beberapa spot cantik dan konon katanya ada di dalam lautan biotanya manakjubkan. Dulu memang ketika aku kesana dari atas saja aku bisa melihat biota laut, perkiraan aku waktu itu alam lautnya pasti indah. Dan ternyata benar, pulau ini menjadi surga snorkeling, bahkan tidak terlalu dalam.

          Karena tidak punya alat snorkeling, kami memutuskan untuk menggunakan jasa agen wisata yang ada di Gili Ketapang. Ketika turun di parkiran pelabuhan Tanjung Tembaga , kita di datangi beberapa orang dan ditawari untuk ikut agen wisata mereka. Kami bertujuh memutuskan tidak ikut agen apapun, kecuali agen yang sudah diikuti salah satu dari kami yang sudah pernah ke sini. Yup Adventure gili, namanya. Jadi ketika orang-orang menawari kami, kami dengan mantab mengatakan sudah booking. Setelah melakukan komunikasi dengan pemilik tour guide, kami dijemput dan diajak ke sebuah warung. Di sana ternyata sudah ada beberapa orang yang sedang menunggu. Kami juga diminta untuk menunggu sebentar. Ikut guide di sini tidak ada batas minimal harus berapa orang, meskipun satu orang mereka akan tetap melayani. Dari orang sedikit itu, setelah terkumpul banyak baru berangkat.



           Kami berangkat ke Gili naik kapal. Kapal itu seperti kapal nelayan yang berjalan dengan menggunakan solar. Kami duduk bukan di dalam kapalnya, karena di dalam sudah penuh barang, tetapi naik di deknya. Panas dong? Tidak juga karena di atasny telah dipasang terpal untuk melindungi kita dari sinar matahari yang menyengat di tengah kapal. Hanya menghabiskan waktu setengah jam kita bisa sampai di pulau Gili. Di sana kami melihat ada banyak orang yang sudah melakukan snorkeling. Kami diturun di pantai. Dan berjalan menuju camp Gili Adventura. Di sana ternyata sudah ada beberapa camp dengan pemilik yang berbeda. Saya merasakan betapa 4 tahun telah merubah segalanya. 

          Gili yang sepi, kini banyak diminati para wisatawan. Dan di setiap camp ada spot foto yang instragamable. Hanya dengan membayar 90k kita bisa menikmati keindahan gili ketapang dengan pasirnya yang putih dan juga bisa snorkeling plus makan siang gratis.



         Setelah sampai di camp kita tidak langsung melakukan snorkeling. Mereka meminta kami untuk istirahat dulu. Duduk-duduk di atas gazebo yang terbuat dari bamboo, sambil melepas lelah. Dan anehnya airnya jika kita ingin ke toilet air dingin plus tawar. Bisa jadi mereka ambil air dari seberang karena memang di pulau kecil ini hanya ada air laut. Tepat setelah sholat Dhuhur kami menuju pantai. Kita menunggu giliran dari wisatawan sebelumnya.


       Ketika wisatawan itu sudah turun dari kapal, kami pun naik. Di kapal sudah tersedia alat snorkeling. Pelampung dan juga kacamata. Kami briefing sebentar oleh guide untuk keselamtan di laut. Hanya beberapa meter dari bibir pantai kami diperbolehkan turun untuk melihat keindahan biota laut. Sebenarnya aku masih ragu. Meski pakai pelampung aku tetap tak lihai berada di dalam laut. Terbukti ketika awal menceburkan diri ke laut, aku seakan tenggelam dan terbawa arus. Aku memegang roda yang menempel di kapal. Sedih juga sih. Bagaimana jika aku terus begini. Tidak bisa snorkeling dong. Beruntung ada suami tercintah. Dia memegang tanganku. Pelan-pelan kami menjauhi kapal. Kuncinya untuk menjaga keseimbangan tubuh berada di air, tubuh tidak boleh diam. Kaki harus terus digerak-gerakkan. Dan jika ingin bergerak ke arah lain, maka tangan ikut digerakkan pula. Perlahan tapi pasti aku begitu menikmatinya. Aku gerakkan kakiku, dan mulai memasukkan wajah ke laut untuk melihat biota yang ada di dalamnya. Subhanallah indah. Karang, dan beberapa ikan yang berjalan ke sana ke mari. Jadi meski tidak berenang kita tetap bisa loh snorkeling.

        Di spot lain yang tak jauh dari situ, guide menawarkan kami untuk diambil fotonya. Tak tanggung-tanggung jika ingin foto maka kita akan ditenggelamkan di laut, dan harus melepaskan pelampung. Ingin punya kenang-kenangan foto di bawah laut, tetapi tantangannya besar. Dengan semangat dari akang, aku pun memberanikan diri. 3 guide sudah siap eksekusi. Satu orang membuka pelampung dan dua orang siap menenggelamkan kita ke laut. Ikuti intruksi, katanya. Jangan ambil nafas selama 5 detik setelah hitungan ketiga. Mereka menghitung dan byuuuuur, aku yang masih belum begitu siap, ketika ditenggelamkan ternyata di sana sudah ada tukang fotonya, karena masih bingung, aku tak sempat berpose hanya memandang tukang foto saja. Setelah beberapa detik aku langsung dinaikkan lagi ke atas dan dipakaikan pelampungku kembali. Masya Allah ni hidung kemasukan air, haduh rasanyaaa….



       Puas di spot ini, kami diminta naik kembali. Aku pikir permainan telah usai, ternyata tidak. Kami dibawa ke spot yang lebih jauh lagi. Dan lebih bagus biotanya. Tenaga kami sebenarnya sudah habis. Badan yang kami gerakkan telah mulai menunjukkan sakitnya. Tetapi si akang bilang, uda di sini sekalian saja. Si guide juga membebaskan kami, untuk tetap di atas kapal, atau turun untuk berfoto ria. Karena katanya lebih bagus, aku pun turun untuk ikutan berfoto. Dan memang spotnya lebih bagus, lebih banyak ikan badutnya atau kadang disebut nemo seperti yang ada di tv.



         Dan ketika mencoba lihat di sekitarnya, spot ini biota lautnya lebih bagus daripada spot yang pertama tadi. Sayang tenagaku sudah terkuras di spot yang pertama. Tubuh mulai demo. Serasa kram. Bahkan ketika naik ke kapal kepala mulai berkunang-kunang. Oh andai suatu saat bisa ke sini lagi, tenagaku akan aku hemat untuk menikmati biota laut di spot kedua ini.

        Alhamdullillah hampir 2 jam kami terapung di laut. Saatnya kembali ke camp. Dan mengisi perut yang sudah mulai keroncongan. Sesampai di camp sudah tersedia nasi di termos dan ikan kembung bakar di Loyang dan juga sambal di atas cowek kecil. Fasilitas makan kita boleh makan sepuasnya. Wow asyiknya, tapi ya gitu menunya hanya nasi, ikan laut bakar dan sambal saja dan jika mau diberi kecap juga tersedia di sana. kami makan dengan lahabnya, meski makanannya sederhana jika lapar dan menunya hangat.. ehmm nikmat mana yang kau dustakan.



          Habis makan mandi. eits jangan lupa setelah mandi wajib bayar 4k loh ya hee…. Karena untuk dapat airnya kan penuh perjuangan dan do’a heee…   Sekitar jam 15.00 kami memutuskan untuk kembali. Tapi sebenarnya jika kita mau lebih lama, pihak agen membolehkan, yang penting kapal terakhir jam 16.30. tapi kalau mau menginap bolehkan?? Boleh, tiduran di camp.  


BANYU BIRU SEBIRU AIRNYA

BANYU BIRU SEBIRU AIRNYA

Pernah dengar Banyu Biru? Aku pernah, bahkan sering mendengarnya. Jika ke Pasuruan aku sering melihat plakat yang menunjukkan arah ke Banyu Biru. Kupikir tempat itu mungkin sama saja dengan kolam renang yang lain dan bisa saja itu hanya sebuah nama. Bukankah kebanyakan kolam renang berwarna biru. Air jernih yang ditempatkan di kolam dengan ubin biru, nah airnya pastilah terlihat kebiruan.


Tetapi kali ini persangkaanku salah. Ketika sampai di Banyu Biru dengan tanpa perencanaan pergi ke sana, aku terbelalak kagum. Subhanallah, airnya benar benar terlihat biru, dan inilah alasan tempat ini bernama banyu biru. Banyu artinya air, sedangkan biru, artinya biru. Dan nama ini berasal dari bahasa jawa.

Banyu biru terletak di desa Sumber Rejo kecamatan Winongan kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Tidak ada kendaraan umum yang bisa langsung turun di depan tempat ini, tetapi turun di pertigaan pasar Ngopak, lalu jalan sejauh beberapa kilo meter. Dari depan, tempat ini terlihat sederhana. Seperti tempat wisata desa. Setelah membeli tiket seharga 5000 perorang kami pun masuk. Dari pintu masuk kami berjalan sedikit menurun, dan aha...inilah tempatnya.

Terlihat 3 kolam berjajar. 2 kolam alami, sedangkan satunya buatan. Kolam ini diairi oleh air sumber. Dari jauh kolam itu terlihat biru meski tidak terpapar sinar matahari. Karena matahari yang masuk akan terhalangi oleh pohon besar dengan akar yang kokoh dan daun rindang yang terletak di sisi kanan kolam utama. 

Melihat air kolam, saya jadi teringat oli To* On* yang masih baru dan belum terpakai. Biru agak kehitaman dan terlihat pekat. Tetapi ketika didekati airnya sangat jernih. Bahkan dasar kolam terlihat begitu jelas. Di dalam dua kolam tersebut banyak sekali ditemukan ikan tombro. Ikan yang menurut warga setempat dianggap keramat dan tidak diperbolehkan untuk diambil apalagi dimasak atau dibakar.

Ikan itu dibiarkan hidup di situ sampai mati. Nah itu juga merupakan keunikan tempat ini, kapan lagi bisa berenang ditemani ikan-ikan yang sangat banyak, apalagi airnya dingin dan menyegarkan. Ada sebuah mitos yang mengatakan, orang yang mandi di Banyu Biru, maka akan awet muda. Wow. Sebenarnya ingin sekali bisa mandi dan berenang di Banyu Biru, sayangnya kami sebenarnya ke situ tidak ada niatan. Awalnya kami hanya ingin berputar-putar kota pasuruan daripada bengong di rumah. Tetapi mendadak kami pindah haluan karena kami sudah bermotor terlalu jauh. Bahkan aku saja memakai baju kebesaran ibu rumah tangga –baca daster- dengan memakai jaket, karena pada saat itu saya memang sedang sakit.

Tidak hanya kolam renang alami yang ditawarkan, tetapi ketika kami berjalan berkeliling di samping kiri berderet kios-kios, dan juga pendopo mini. Mungkin untuk bersantai menikmati pemandangan jika memang tidak berniat mandi ketika ke sana.  Di Banyu biru juga terdapat reruntuhan candi yang dijadikan satu, dan juga patung kala yang besar. Ini bisa jadi menunjukkan bahwa tempat ini petirtaan atau tempat .mandi para raja, bahkan hayam wuruk raja Majapahit pernah mandi di tempat ini.



Masih di area Banyu Biru, di tempat yang lebih tinggi terdapat patung gajah, jerapah, dan kereta mini, nah ini sangat cocok buat anak-anak. Terdapat kolam buatan yang sengaja dibuat untuk berenang, latihan renang. Ada juga loh water boomnya meski sangat sederhana. Sayang saat itu saya dan suami tak bawa HP.atau pun kamera, jadi kami tidak punya foto tempat ini, dan terpaksa foto-foto yang terpampang di sini hasil comot dari google.
Mendengar Bisikan di Pasir Berbisik Bromo

Mendengar Bisikan di Pasir Berbisik Bromo




Sebenarnya jika ke  Bromo, bukit teletubbies, pasir berbisik dan kawah gunung Bromo, itu tempatnya berdekatan, namun bagi yang belum pernah ke sana,  pastilah bingung. Bukit telebbies terletak di kanannya gunung bromo tepat berhadapan dengan gunung Widodaren. Kalau pasir berbisik terletak di sebelah kiri, tetapi agak kebelakang. 



Jika kita ke Bromo lewat Malang, atau jalur Tumpang, pasti akan melewati pasir berbisik. Ada beberapa batu besar di sana sebagai pembatas wilayah pasir berbisik. Sayang pada saat kami ke sana, kami tak mendengar bisikan pasir itu. Tempat itu hanya serupa hamparan pasir dengan terdapat kabut-kabut tipis yang malayang di atasnya. Menurut pak Edy, jika musim kemarau, biasanya angin lebih kencang dan saking kencangnya meniup pasir,  pasir-pasir itu bergesekan satu sama lain sehingga menimbulkan suara seperti sebuah bisikan. Suara inilah yang kemudian disebut pasir berbisik, Bukan pasirnya yang bisa berbisik layaknya manusia heee....







BUKIT TELETUBBIES

BUKIT TELETUBBIES


Setelah dari Penanjakan dengan berbekal kekecewaan karena tak sempat lihat sun rise, hartop kami pun beranjak menuju kawasan gunung Bromo. Namun sebelum ke kawah Gunung Bromo Kami mampir dulu ke bukit Teletubbies yang letaknya sebelah timur gunung Bromo.  Sekitar 15 menit jika dari gunung Bromo.


Kalau dari namanya seperti nama serial anak-anak yang ada di televisi. masih penasaran kenapa dinamanakan teletubbies. Menurut pad Edy yang menjadi guide kami kemarin, penamaan ini karena di bukit inilah yang sering jadi tempat shooting film, sesederhana itukah??
Bukit teletubbies merupakan savanna atau padang pasir luas dengan deretan perbukitan.  hamparan alam yang menghijau dengan bukit-bukit kecil ini mirip dengan pemandangan yang ada di film Teletubbies.  sungguh pemandangan yang cantik.



Bukit Teletubbies ini bisa dijadikan spot foto yang bagus, nah tempat ini jadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi, ketika ke Gunung Bromo. 
RANU GRATI SURGA BAGI PEMANCING MANIA

RANU GRATI SURGA BAGI PEMANCING MANIA





Baru dengar kalau Pasuruan punya Ranu di Grati, karena itu ranu ini disebut Ranu Grati. Ranu artinya danau, sedangkan Grati nama salah satu kecamatan yang ada di Pasuruan. Makanya setelah mendengar berita itu, dan kami kebetulan lagi khilaf ingin menjelajah Pasuruan, jadilah kami memutuskan untuk pergi ke sana. Hanya dalam waktu setengah jam dari Banyu Biru, kami sudah sampai. Ranu Grati ini terletak di 3 desa tepatnya di desa Ranu Klindungan, Sumber Dawesari dan kalipang kecamatan grati kabupaten pasuruan. Akses untuk mencapai tempat ini sangat mudah. Posisinya terletak di selatan Jalan raya Surabaya – Probolinggo KM 64,5. Kalau dari arah Probolingo,belok kiri sekitar 2 km. 

Danau air tawar ini luasnya 1085 ha. Di bagian selatan terdapat tebing setinggi 50 m, di sebelah utara terdapat tanah kurang  2m dari permukaan air, Sedangkan  di bagian barat dan timur terdapat budi daya ikan gurame. Kawasan ini merupakan kaki Kaldera tengger.

Bagi pemancing mania, tempat ini sangat cocok untuk menyalurkan hobi. Danau yang tenang dengan air hijau kebiruan ini banyak sekali ikannya, seperti ikan Nila, Mujair, Patin dan lain-lain. Ada juga ikan khas danau grati ini, yakni ikan Lempuk. Ikan ini kecil-kecil, lebih kecil dari ikan teri. Jadi tidak memungkinkan untuk dipancing, maka untuk mendapatkannya membutuhkan jala.  Ikan ini lebih enak dijadikan campuran rempeyek.

Jika berkunjung ke sana kita harus hati-hati karena danau ini termasuk danau Maar atau danau vulkanik. Danau yang terbentuk akibat letusan gunung merapi. Danau ini sangat dalam dan berbentuk seperti corong. Karena erat kaitannya dengan aktivitas gunung merapi, danau ini mengandung sedimen mineral. Nah bayangkan jika kita terjatuh di dalamnya.

Dulu pada tahun 17 Oktober 1979 di danau ini terjadi peristiwa yang memilukan. Entah untuk alasan apa, pasukan angkatan laut melakukan latihan di situ. 6-7 tank Ampibi menyebrang Ranu Grati. Satu persatu tank itu turun ke Ranu. Penyebrangan berjalan normal, hingga terjadi sebuah peristiwa. 50 meter menjelang pendaratan salah satu tank yang membawa 23 awak di dalamnya kehilangan daya apung, sehingga tenggelam. Seperti tersedot dari dalam, tank itu lamat-lamat menghilang dari pandangan. Beberapa hari upaya dilakukan untuk menemukan tank dan awak yang hilang, namun tidak ditemukan. Bisa jadi tank itu tertelan sampai di dasar, karena bentuk danau seperti corong yang merupakan ciri dari danau Maar.  



Tapi jangan khawatir, selagi kita hati-hati dan tidak melanggar batas perairan aman yang ditentukan pihak Ranu Grati, insya Allah aman. Selain memancing di Ranu ini kita bisa keliling Ranu Grati menggunakan boot, bermain sepeda air, dan tentu saja melihat keindahan Ranu menjelang matahari terbenam juga sangat memanjakan mata. 
 Penanjakan Dan Selfie Yang Tak Pernah Punah

Penanjakan Dan Selfie Yang Tak Pernah Punah


Setelah sebuah impian ke Penanjakan terkabul, yakni ke sana naik motor dibonceng cewek heee…. Akhirnya kemarin bisa menginjak gunung Penanjakan lagi bersama sang kekasih hati. Kali ini sengaja naik mobil dan sewa hartop, hemat tenaga meski boros uang, tetapi jika ditanggung bersama banyak orang masih ringanlah hee..

Alkisah kami kesiangan sampai di Penanjakan I, matahari sudah keburu terbit, ditambah lagi saat itu pengunjung seabrek. Parkiran hartop pun mengular, jadilah parkiran kami jauh, dan resikonya kami harus berjalan jauh untuk mencapai puncak penanjakan. Orang-orang sudah mulai turun, kami malah naik haaa… tak masyalah sudah terlanjur sampai Penanjakan oey…

Inilah persamaan kunjungan pertama dan kedua, aku sama-sama tak lihat sun rise. kalau kunjungan pertama, kami datang ketika masih gelap, bahkan kami sempat mendirikan tenda di puncak, tetapi kabut memeluk erat sang surya. Sedangkan pada kunjungan kedua kemarin, kami memang terlambat datang, meski begitu kami dengan semangat ‘45 manaiki tangga demi tangga, berharap masih ada sesuatu yang tersisa untuk kami nikmati. Sampai di gerbang selamat datang, diri ini terhenyak, lautan manusia memadati tempat itu. Ternyata walaupun tadi sudah banyak yang turun, masih banyak pengunjung yang enggan beranjak. Padahal aku tadi berharap, tempat sudah sepi*ngarep Penanjakan serasa milik berdua :P


. Okelah,  hal itu tak menyurutkan niat kami untuk tetap masuk ke area puncak, kami mencoba menyusup di antara lautan manusia. Alhamdulillah, perlahan kabut mulai menyingkap sebuah keindahan yang ada di dalamnya. Dari atas terlihat gunung bromo yang tak lelah mengeluarkan asap pekat, gunung batok, gunung widodaren. subhanallah indah. Hanya 5 menit saja, kami bisa memandanginya, kemudian kabut seakan tak rela, hingga dia mulai menghalangi pandangan kami untuk memandangi gunung-gunung itu. Meski kabut, para pengunjung tak juga beranjak, mereka sibuk berselfie ria, setiap sudut dari tempat itu seakan tak bisa untuk dilewatkan, para remaja, pemuda, pasangan muda mudi, pengantin baru, bapak-bapak, ibu-ibu bahkan para bapak dan ibu yang sudah mulai senja. Ada sebagian yang bahkan tak mepedulikan kesematannya, demi mendapatkan spot bagus. Mereka rela naik pagar, turun dari area untuk bisa naik-naik di pohon-pohon, ..terkadang terbesit dalam diri, demi apa mereka lakukan itu semua, demi pujian kerenkan, atau kepuasan diri semata untuk bisa diunggah di media social. ah abaikan prasangka itu, Penanjakan dan selfie yang tak pernah punah mungkin bisalah.


Di area itu juga terdapat beberapa orang yang menjual bunga edelweiss atau bunga keabadian mereka menjulukinya. Indah memang apalagi mereka tak monoton menatanya dengan satu warna, mereka mengkombinasinya dengan warna lain, bahkan membentuknya ala boneka panda. jadi tempat ini menjadi kunjungan wajib jika berkunjung ke Penanjakan. Jangan lupa jika naik motor siapkan stamina yang prima tak hanya badan, tetapi juga kendaraannya.









Monumen Bambu Runcing; Simbol Kepahlawanan Arek-Arek Surabaya

Monumen Bambu Runcing; Simbol Kepahlawanan Arek-Arek Surabaya



Kalau sedang berkunjung ke Surabaya, jangan lupa berkunjung ke monumen Bambu Runcing ini. kalau kita  ke plaza Surabaya atau ke tunjungan Plaza dan perjalanan mau pulang pasti akan melewati tempat ini. Monumen Bambu Runcing ini terletak di jalan Sudirman, tepatnya di jantung kota Surabaya. Untuk mencapai tempat ini pun sangat mudah, dari terminal Bungurasih, lalu naik taksi dan turun di tempat ini, atau kita bisa naik bus kota jurusan Jembatan Merah Plaza/ JMP, sampai di JMP tidak usah turun,  sampai  kita bisa langsung turun di monumen ini.

Monumen Bambu Runcing ini merupakan simbol kepahlawanan arek-arek Surabaya dalam berjuang melawan sekutu pada tanggal 10 Nopember 1945. Pertempuran yang lebih dasyat  dari pertempuran Normandia 1944 dipimpin oleh hitler melawan sekutu ini terjadi selama tiga minggu. Dalam pertempuran ini arek-arek Suroboyo menggunakan Bambu Runcing untuk melawan sekutu. Meski persenjataan sekutu cukup canggih, dibanding Bambu Runcing, tetapi semangat membara arek-arek Surabaya terbukti mampu mengalahkan musuh meski memakan banyak korban sekitar 160 ribu orang.




Monumen yang dikelilingi taman hijau di sekitarnya itu terbuat dari beton. Ada 5 Bambu Runcing, dengan ukuran ketinggian yang berbeda-beda. Dalam waktu-waktu tertentu dari atas monumen Bambu Runcing ini akan memancarkan air. Pada hari minggu atau hari libur tempat ini biasanya ramai, ada orang jogging, dan pada malam hari biasanya ada anak-anak muda yang berkumpul. 
Makam Peneleh; Keindahan sejarah yang terlupakan

Makam Peneleh; Keindahan sejarah yang terlupakan




Sejak melihat foto-foto tempoe doeloe Surabaya yang salah satunya adalah makam Peneleh, dan informasi dari teman kalau tentang makam itu, aku pun didera penasaran akut. Aku ingin membuktikannya kekunoan makam itu.

Untuk mencapai tempat ini tidak sulit. Dari tugu pahlawan pun tidak terlalu jauh. Cukup cari jalan Peneleh saja. Makam ini terletak di jalan Makam Peneleh dekat dengan puskesmas Peneleh. Kalau naik bis kota mudah juga loh, dari terminal bungurasih cari bus Kota turun Jembatan merah, lalu naik angkot jurusan keputih. turun di jalan peneleh deh! 


Aku melihat papan nama besar dengan bertuliskan makam Belanda peneleh, Dinas pertamanan Daerah. Aku sedikit kaget juga, mengapa masuk pada dinas pertamanan. Kalau berada pada bawahan pemerintah itu artinya makam ini sudah masuk cagar budaya dan tentunya dirawat. Kami masuk melalui pintu gerbang yang sudah entah umurnya. Yang pasti pintu gerbang hitam itu terlihat sudah renta, meski mencoba untuk tetap berdiri pongah. 

Baru melewati pintu gerbang, seorang lelaki Chinese menghampiri kami. Dia seakan menemukan mangsa empuk. Apalagi melihat kami menenteng kamera, dan kawan kami membawa tripod, jadi seakan akan kami memang berniat untu mengambil gambar di tempat ini.
“Bayar 10 ribu bertiga!” katanya.

Kami sebenarnya enggan untuk membayarnya, bukan lantaran kami tak punya, tetapi ini di luar prosedur. Tidak ada ketentuan resmi jika masuk makam ini harus membayar.
Wah bawa ginian segala, maka harusnya 50ribu. Kata lelaki itu dengan menatap tripod temanku. Tanpa banyak kata, kukeluarkan uang 10ribu. Dan dia pun berlalu. Uang itu sepertinya akan masuk kantong pribadinya, bukan untuk biaya perawatan makam ini.

Kami mulai menyusuri makam, dan tidak bisa dipungkiri, jika tujuan kami ke sini itu selain untuk mengetahui sejarah masa lalu juga untuk melakukan pemotretan. Makam yang bernama De Begraaf plaats Peneleh Soerabaja ini terhampar di atas rerumputan hijau. Di bangun sejak tahun 1814 M, dengan luas sekitar 5,4 ha.  Bangunan ini memang bagus, meski sudah mulai renta, dan rusak karena di makam usia dan tidak ada perawatan, tetapi masih menyisakan sisa-sisa eksotisme masa lalu. 






Banyak hal yang bisa kita gali di dalamnya.  Detail ornamen berlanggam gothic dan doric, patung-patung berkarakter Romawi (meskipun sebagian besar sudah tidak dalam kondisi utuh) hanyalah sebagian kecil dari keindahan masa lalu yang masih bisa ditelusuri.  Makam ini menjadi tempat yang penting dan bersejarah bagi bangsa Belanda. banyak orang terkenal dan pejuang belanda yang dimakamkan di sini, misalnya Pob De Perez, wakil ketua hindia belanda yang diserahi jabatan komisaris pemerintahan. John Cornelis de with, Daniel Froncois willwn Pieter pejabat pemerintahan Belanda dan lain sebagainya.

  
Dulu sebelum jembatan dibangun, satu-satunya cara untuk mencapai tempat ini adalah dengan melewati sungai Kalimas. Karena itu biasanya jenazah dibawa secara masal, sesampai di tepian jenazah akan diangkut menggunakan kereta kuda. semakin banyak kuda yang digunakan maka kedudukan status sosial jenazah itu semakin tinggi. Jika jenazah sudah sampai maka lonceng perunggu yang ada di pelabuhan kalimas dibunyikan. dan para pelayat sudah siap-siap untuk memberikan penghormatan terakhir dan melakukan pemakaman. 


Sekilas makam ini seperti makam orang china. Dengan satu makam membutuhkan tempat bisa mencapai 2x1.5 m. bangunannya pun ada yang dari Marmer, ataupun besi. Bangunan di atas makam itu terlihat kuat dan pongah. Di atas makam terdapat identitas jenazah  dan silsilahnya yang ditulis dalam bahasa Belanda. Sayang, bangunan yang sebenarnya bagus ini ternyata tak dibarengi dengan perawatan yang yang baik pula. Makam ini seakan tersisih dan tak dihiraukan gitu saja. Banyak kambing-kambing yang sengaja merumput di sini, sehingga jangan salah jika kadang di atas makam terdapat butiran hitam yang berserakan dengan bau yang sedikit menyengat. Banyak sekali makam yang sudah rusak, bahkan ada yang berlubang, sehingga membuat diri ini penasaran ingin melihat di dalamnya. 


Meski begitu keindahan makam Peneleh masih tetap terbaca dengan jelas, bahkan tempat ini juga bisanya dijadikan foto prewedding. Aduh aneh-aneh saja, foto prewed kok di makam.